Wednesday, January 21, 2009

BINTANG EMPAT DAN SENGAJA MENANGIS


Anak perempuan saya yang nomor dua, Rani, baru berumur 6 tahun dan baru masuk TK B. Boleh dikata ia termasuk anak yang ceria dan sering membuat kejutan serta hal-hal lucu, baik dari tingkah lakunya maupun apa yang dilontarkannya. Pernah pada suatu hari neneknya yang sedang sakit kepala, meminta tolong kepada kakaknya, Tia, untuk dibelikan obat sakit kepala Cap Bintang Toejoe. Karena sang kakak berkali-kali dipanggil tidak menyahut, tiba-tiba Rani muncul dan berkata menawarkan diri:
“Sini nek, biar aku saja yang membeli ya ? Tapi jangan “bintang tujuh” ya, “bintang empat” saja, soalnya di sekolah aku selalu dapat nilai “bintang lima”. Jadi nenek tidak boleh dapat bintang lebih banyak dari aku ?” Kami semua tergelak-gelak sebagaimana yang juga kami alami di sebuah toko buku.
Rupanya Rani gembira sekali berada di toko buku yang luas itu. Ia berjalan dan berlari-lari kecil sendiri di depan kami tanpa menghiraukan kami yang berada di belakangnya. Tiba-tiba kami bertiga tertarik dan berhenti pada sebuah monitor LCD yang sedang mengetengahkan pelajaran membaca Al Qur’an.
Agak lama juga kami berdiam di situ, sehingga lalai tidak memperhatikan Rani. Maka ketika usai menonton LCD itu, kami bingung dan panik mencarinya ke sana kemari. Namun tak berapa lama, kami mendengar dan mengenali suara isak tangisnya. Saya lihat, ia sedang dituntun oleh bapak Satpam yang mungkin akan membawanya menuju ke ruang informasi. Dengan cepat saya menghampiri dan langsung menggendongnya.
“Memangnya Rani ke arah mana?” tanya saya
“Aku kira ayah dan mama ada di sana, makanya aku ke sana” jelasnya sambil menangis.
“Lalu mengapa kamu menangis tidak dan kembali ke arah sini ?”
“Aku sengaja menangis supaya pak Satpam mengantarkan aku ke ayah” jawabnya tanpa dibuat-buat. Kami semua yang hadir di sana tersenyum geli mendengar keluguannya itu.

No comments: